Judul
; Desain Penanggulangan Banjir
Lokasi
; Sungai Kebar, Manokwari, Papua Barat
Aplikasi yang digunakan ;Arc_View, SMS, Hec_Ras, Auto _CAD
1)Rencana Desain
Uraian mengenai
skema peanggulangan banjir dan erosi tebing sungai Kebar dijelaskan sebagai berikut :
A.Rencana Pemasangan Bronjong
Rencana pemasangan bronjong didesain sepanjang 1126m (cross
1-19) pada sisi tenggara sungai yang berfungsi untuk
melindungi tebing sungi yang berada pada areal dekat pemukiman penduduk. Tinggi
bronjong direncanakan ±2,25m. Pada areal
antara bronjong akan dinding sungai eksisting dilakukan penimbunan
material (Gambar 1).
Gambar 1. Rencana Pemasangan bronjong dan areal penimbunan
B.Rencana Normalisasi
Sungai
Pelaksanaan normalisasi
sungai sepanjang 755m (cross 8-24) pada
bagian timur laut sungai atau sisi kanan bagian hulu sungai yang berfungsi
untuk mengembalikan kapasitas tampungan sungai dan pengaturan arah aliran air
sebagai konsekwensi akibat adanya pemasangan bronjong(Gambar 2). Detail mengenai lokasi
pemasangan bronjong, zona kawasan penimbunan dan normalisasi sungai dapat
dilihat pada (Gambar 3).
Gambar 2. Rencana Pemasangan bronjong, areal penimbunan dan normalisasi sungai.
Gambar 3. Rencana letak Bronjong dan zona penimbunan serta
normalisasi sungai Kebar.
2)Arus
A). Analisa
Arus Skenario Eksisting
Setelah dilakukan analisa model matematik terhadap kondisi eksisting Sungai kebar
dengan menggunakan data banjir kala ulah 10 tahunan diketahui bahwa kecepatan
arus eksisting Sungai Kebar berkisar antara 1,74-6,11m/det, kecepatan terendah
terjadi pada cross 6 dan cross 7 sedangkan kecepatan arus
tertinggi terjadi pada cross 26 (Tabel 1).
Tabel 1. Kecepatan arus tiap cross section.
Gambar 4. Grafik hubungan antara crossection dan kecepatan arus kondisi
eksisting
Pola pergerakan arus dikontrol oleh
bentuk morfometri sungai yang mengakibatkan adanya dua zona pada Sungai Kebar
yaitu zona penggerusan dan zona pengendapan.
Pada zona penggerusan terjadi pada
areal sekitar tebing sungai yang diakibatkan karena arah data aliran air yang relatif tegak lurus terhadap tebing
sungai dan adanya arus balik (back
velocity) yang mengakibatkan terjadinya arus putar sedangkan proses
pengendapan material sediment terjadi pada zona zona pusat titik temu antara arus datang dan arus
balik, hal ini disebabkan karena pada zona tersebut material sedimen yang
dibawa olah aliran air akan mengalami titik jenuh karena pelambatan kecepatan
arus pada areal tersebut dan proses pengikatan antar partikel sedimen (Gambar 5).
Gambar 5. Zona
Penggerusan ditandai dengan poligon berwarna biru dan zona pengendapan ditandai
dengan zona berwarna merah.
B).Analisa Arus Skenario Bronjong
Berdasarkan hasil analisis model
matematik terhadap kondisi pemasangan bronjong Sungai kebar dengan mengunakan data banjir
kala ulah 10 tahunan diketahui bahwa kecepatan arus setelah adanya bronjong berkisar antara 1,57-5,76m/det dengan
kecepatan terendah pada cross 6 dan
kecepatan tertinggi pada cross 25 (Tabel 2).
Tabel 2. Kecepatan
arus eksisting dan setelah adanya pemansangan bronjong pada tiap crossection. .
Gambar 6.Grafik
hubungan antara crossection dan
kecepatan arus kondisi eksisting dan setelah pemasangan bronjong
Gambar 7. Poligon
berwarna biru menunjukkan adanya akumulasi energi yang harus diterima oleh
bronjong.
Perubahan bentuk morfometri sungai
akibat dari adanya pemasangan bronjong yang bertujuan untuk memperkuat tebing
sungai mengakibatkan terjadinya perubahan pola pergerakan arus. Setelah
dilakukan uji model diketahui bahwa pola
arah aliran menjadi relatif lebih seragam tampa adanya arus balik, namun
akumulasi kecepatan arus akan lebih dominan pada sisi lokasi pemasangan
bronjong hal ini mengakibatkan energi aliran akan lebih kuat diterima pada
bagian bronjong yang dapat berpengaruh terhadap efektifitas fungsi bangunan,
selain itu dengan adanya pemasangan bronjong yang mengambil sebagian dari tubuh
sungai mengakibatkan berkurangnnya kapitas tampungan sungai yang berakibat pada
resiko kejadian banjir. Untuk itu perlu
dilakukan dilakukan normalisasi sungai (pengerukan) pada sisi lain sungai untuk
mengembalikan kapasitas tampungai dari sungai tersebut.
C).Analisa Arus Skenario Bronjong dan Normalisasi
Kecepatan arus dari hasil analisis
dengan adanya pemasangan bronjong dan normalisasi menunjukkan kecepatan arus
berkisar antara 1,55-5,76m/det dengan kecepatan arus terendah terletak pada cross 5 dan kecepatan tertinggi terletak
pada cross 26.
Seperti telah dijelaskan sebelumnya
akibat dari adanya pemasangan bronjong
mengakibatkan akumulasi kecepatan zona-zona tertentu dan untuk mereduksi
akumulasi kecepatan tersebut perlu dilakukan normalisasi sungai pada sisi
bagian sungai lainnya. Setelah dilakukan pemodelan diketahui normalisasi
mengakibatkan tidak terjadinya akumulasi kecepatan pada sisi letak posisi
bronjong sehingga energi yang harus
diterima bronjong makin lemah yang tentu saja berpengaruh terhadap efektifitas
kinerja bronjong (Gambar 9).
Tabel 3. Kecepatan arus eksisting dan setelah adanya pemansangan bronjong dan normalisasi sungai pada tiap crossection .
Gambar 8. Grafik hubungan antara crossection dan kecepatan arus kondisi eksisting dan setelah pemasangan bronjong serta normalisasi sungai
Gamabr 9. Pola
pergerekan arus yang seragam setelah normaslisasi
sungai
3). Perubahan Tinggi Muka Air
Dimensi sungai yang tidak mampu
menampung aliran air sungai mengakibatkan kejadian banjir, pada kasus sungai
kebar analisa tersebut dilakukan dengan menggunakan debit banjir 10 tahunan
dengan nilai 622,45m3/det dilakukan pada tiga skenario pemodelan.
Pada skenario eksisting terjadinya
banjir terletak pada cross 14, 17,
26,27,28,29 untuk letak tebing kiri sungai sementara pada sisi kanan sungai
terjadinya banjir terletak pada cross 1,2,7,12,13,14,15,16,17,18,19,20,21,22,23,24,25,26,27,28
dan 29 (Tabel 4).
Tabel 4. Perbandingan
tinggi muka air terhadap tebing kiri dan kanan sungai kondisi eksisting
Dominasi banjir pada sungai kebar
terjadi pada sisi kanan sungai yang disebabkan karena elevasi tebing kanan
sungai kebar relatif lebih rendah dari pada elevasi tebing kiri.
Pada skenario setelah adanya
bronjong terjadi banjir pada cross 11,12,18,19,22,25,26,27,28,29 pada sisi kiri
sungai dan cross 1 sampai 29 pada
sisi kanan sungai (Tabel 5).
Akibat dari adanya pemasangan
bronjong yang mengambil sebagian dari tubuh sungai mengakibatkan berkurangnya
kapasitas tampungan sungai yang mempengaruhi zona limpasan mengarah pada daerah
dengan elevasi yang lebih rendah yaitu bagian sisi kanan sungai sehingga hampir
keseluruhan areal pada zona ini tergenang.
Tabel 5 . Perbandingan
tinggi muka air terhadap tebing kiri dan kanan sungai kondisi pemasangan
bronjong.
Untuk mengatasi adanya limpasan pada
sisi kiri sungai (daerah pemasangan bronjong) perlu dilakukannya normalisasi
(pengerukan) sungai, dengan fungsi utama yaitu menambah tinggi jagaan bronjong
dan mereduksi besarnya energi yang harus
diterima oleh bronjong seperti yang telah dijelaskan sebelumnya.
Setelah dilakukan model matematik
dengan adanya normalisasi sungai maka diketahui cross yang mengalami limpasan adalah cross 25 - 29 pada sisi kiri sungai dan cross 1-6, 8,9, 11-18, 24-29 pada sisi kanan sungai (Tabel 6).
Tabel 6. Perbandingan
tinggi muka air terhadap tebing kiri dan kanan sungai kondisi pemasangan bronjong
dan normalisasi.
Gambar 10. Kurva
hubungan tinggi muka air dengan elevasi tebing kiri dan kanan sungai kondisi
eksisting
Gambar 11.
Kurva hubungan tinggi muka air dengan elevasi tebing kiri dan kanan
sungai kondisi pemasangan bronjong.
Gambar 12. Kurva hubungan tinggi muka air dengan elevasi tebing kiri dan kanan
sungai kondisi pemasangan bronjong dan normalisasi sungai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar